Sebelum menonton film ini, saya sudah membaca beberapa ulasan yang berseliweran di media sosial. Berkat ulasan-ulasan — yang sebagian besar nadanya agak negatif — tersebut, saya bisa menurunkan ekspektasi sebelum bertemu si gemoy satu ini. Hasilnya? Cukup memuaskan.
Saya akan mulai dari kesan yang muncul persis setelah menonton film Kung Fu Panda 4. Rasanya menyenangkan. Sebagimana yang seharusnya dirasakan setelah menonton film/serial animasi untuk anak-anak, Kung Fu Panda 4 berhasil menyalurkan rasa senang kepada saya sebagai penontonnya.
Menurut saya, semua rasa senang tersebut bisa dihadirkan berkat kombinasi penulisan yang sederhana dan penggambaran karakter yang banyak lucunya. Memang, jalan cerita yang sederhana menghadirkan kesan terlalu diperasnya waralaba Kung Fu Panda oleh DreamWorks Animation. Banyak orang yang merasa Kung Fu Panda sudah selesai di film ketiga.
Namun jika kesinambungan film keempatnya ini dengan pendahulunya dikesampingkan dahulu, maka Kung Fu Panda 4 pantas untuk mendapatkan apresiasi. Mengambil selesainya masa Po untuk menjadi pendekar naga sebagai tulang punggung cerita, film ini berhasil untuk menarasikan gundah gulananya Po untuk mengestafetkan peran pendekar naga kepada orang berikutnya.
Perasaan ketidakterimaan Po melepas gelar pendekar naga untuk menjadi pemimpin spiritual di Lembah Kedamaian dijodohkan dengan munculnya lawan yang sangat licik (dan juga licin) menjadi formula tepat di dalam film ini. Mungkin ada yang berpendapat lawan yang dibuat dalam film ini terlalu lemah atau tidak bisa memicu adegan-adegan kungfu yang seru. Akan tetapi, The Chameleon agaknya karakter yang paling tepat dalam mengisi plot dari cerita yang dibuat.
Candaan dalam Kung Fu Panda 4 disusun seperti layaknya film sebelumnya yang selalu mengocok perut. Bedanya, di film ini sedikit banyak menggunakan bercandaan yang berkaitan dengan sesuatu yang kurang bermoral. Maklum, latar tempat yang dipakai memang sebuah kota yang punya masalah dengan maraknya aksi kriminal. Selama bisa dijelaskan kepada anak-anak, sepertinya tidak jadi masalah.
Hal terakhir yang mungkin jadi catatan adalah pengisi suara Zhen yang diperankan oleh Awkwafina. Secara mengejutkan saya baru sadar itu dia setelah kredit sudah digulirkan. Padahal kalau diingat-ingat, suaranya memang khas dia banget. Mungkin saking baiknya dia menjalankan peran, sehingga saya jadi tidak terlalu peduli dengan hal tersebut.
Kung Fu Panda 4 bisa menjadi referensi yang membuktikan bahwa diperasnya sebuah konsep cerita masih membawa kita ke dalam animasi yang menyenangkan. Memang bukan film yang sempurna, tetapi rasa puas setelah menonton agak sayang untuk dilewatkan jika tidak menyaksikan film ini. Hitung-hitung juga bisa jadi usaha dalam rangka melengkapi khazanah kungfu hewaniyah.